Bukan Sedang Menulis, Tapi Sedang Mencintai Diri Sendiri

Pernah nggak si kalian stuck di satu tempat? Kalian nggak tau apa yang benar-benar sedang kalian rasakan. Dibilang sedih, tapi apa yang membuat sedih? Dibilang bahagia, tapi tidak sedang merasakan perasaan yang berbunga-bunga.  

Sial sekali!

Aku pikir aku telah melewati masa remaja labil ku. Tapi hey, bukankah ini lebih labil? Waktu itu aku sangat ingin menangis. Begitu menangis, aku ingin bahagia. Begitu seterusnya. Kemudian aku ingat, seseorang pernah bilang di suatu warung kopi, kunci hidup manusia itu ada 3: Buku, Pesta, dan Cinta. Kalimat itu membuatku terus mencari, sebetulnya apa yang tidak ada di diriku? Beberapa bulan terakhir perasaanku kosong, yang berarti nol. Aku tak tau harus diisi dengan perasaan yang seperti apa. Buku? Yaa masih terbaca walau sedikit-sedikit. Kemudian pesta? Pesta disini berarti sesuatu yang membuat diri kita terbebas dan lepas. Yaa bagiku sudah. Sebab aku pun banyak menghabiskan waktu berkumpul bersama teman-temanku, membeli apapun yang kumau, dan pergi ke tempat yang ingin ku kunjungi. Kemudian cinta? Apakah mencintai keluarga dan kegiatanku saja tidak cukup? Kata seseorang yang lainnya, yang bisa menjadikanku hidup ialah cintaku pada orang asing yang membuatku menangis sekaligus bahagia dalam satu waktu. Hey tapi itu sangat tidak mungkin dipaksakan. Aku baru saja melepas lara dengan cinta pertama, bagaimana mungkin secepat itu mencintai orang lain hanya untuk mendapatkan kunci hidup yang ketiga. Teman disampingku tertawa, Iku jenenge rung moveon cuk.

Dahlah aku malas sekali membahas cinta itu. Saat ini aku hanya berupaya mencintai diriku sendiri dan apa yang sedang aku kerjakan. Bullshit, lagi-lagi temanku nyeletuk seolah ia tak percaya dengan kebingunganku terhadap keinginanku sendiri.

Mencintai diri sendiri atau yang dikenal dengan self love, memang itu apa sih? Pertanyaan ini awalnya hanya mengambang di pikiranku selama beberapa hari. Tapi setelah melewati beberapa diam dan sepi, aku mendapat banyak sekali complain dari diriku sendiri yang katanya lebih banyak menyayangi orang lain ketimbang dirinya sendiri. Baiklah akhirnya aku mencoba berdiskusi di ruang pikiranku. Belajar dari banyak akun instagram, channel youtube, dan quotes-quotes dari buku untuk dijadikan panduan dalam mencintai diri sendiri. Ternyata benar, aku merasakan perubahan ke arah yang lebih baik. Setelah aku mencoba mengenal diriku sendiri, aku tampil menjadi versi yang lebih percaya diri, mulai menjauhi orang-orang yang membuatku jatuh, dan mencoba bodo amat dengan penilaian orang lain tentang diriku. Menjadi diri sendiri juga tentang menerima kekurangan yang memang bukan kapasitasku. Menangis ketika sedih, Tertawa ketika bahagia, dan segala bentuk ekspresi pada tempatnya. Yaa memang belum sepenuhnya sih, tapi dengan mempelajari diri sendiri menjadikanku lebih banyak mindset positif di setiap hal yang aku lakukan. Bukankah semua yang dipelajari memang tidak instan toh?

Sebelum kuakhiri, dibalik kalimatku yang ngalor ngidul, aku harap kalian mengerti apa yang kumaksudkan. Garis-garis besar di setiap paragrafnya semoga dapat bermanfaat. Terus aku juga baru menyadari, untuk mencapai kunci hidup yang ketiga atau memiliki rasa cinta, memang baiknya dimulai dari mencintai diri sendiri. Setidaknya aku jadi tau, bahwa cinta juga memiliki tahapan. Pelan-pelan saja, nikmati prosesnya. Pokoknya untuk kalian yang belum memberikan perhatian pada diri sendiri, kalian juga harus mengajaknya berbicara ya! Hehe

Semoga dimanapun kita berada, kita selalu memiliki rasa simpati :)

Semangat!!


Komentar