Rasanya Jancuk
Pukul dua siang aku pergi ke toko buku. Aku sedang melihat-lihat buku dan tidak sengaja menginjak kaki seorang lelaki di sampingku. Payah, saking fokusnya mengabsen judul buku, aku tidak melihat jika ada seseorang di situ. Secara spontan aku langsung mengatakan maaf pada lelaki itu. "Iya nggakpapa mba. Nggakpapa." Sembari melihat ke arahku untuk menyakinkanku jika ia memang tidak apa-apa. Aku pun meninggalkan dia dengan langkah yang kikuk. Menjauh sebentar untuk mengatur napasku yang tak beraturan.
Setelah semuanya tenang, aku pun melanjutkan pencarianku, mengabsen judul buku apa yang kira-kira cocok untuk ku baca saat ini. Bedanya aku lebih berhati-hati melihat sekitar sebab tak ingin kejadian memalukan itu terulang kembali. Sudah sekitar setengah jam aku mengabsen buku-buku, akhirnya aku menemukan satu buku yang ingin aku beli. Saat berada di meja kasir, aku mengantre untuk membayar buku yang saat ini sudah ada di genggaman tanganku. "Mba boleh di tambah kartu ucapan? Aku ingin memberikan buku ini sebagai kado untuk adikku." Aku melihat ke arah suara itu, suara yang berat namun lembut. Ah, itu lelaki tadi yang kakinya ku injak. Sial, ia malah tersenyum kearahku karena sadar aku sedang memperhatikan dia. Aku membalas senyumnya sembari berpura-pura sibuk dengan handphone ku.
Sesampainya di kamar kos, aku membuka segel buku yang baru saja kubeli, sialnya justeru wajah lelaki itu yang terlihat. Aku langsung menepok pipiku seakan kejadian tak terduga baru saja kualami. Perasaan apa ini? Kenapa hanya dengan satu kali senyuman bisa membuat hatiku tertinggal disana. Ingin gila rasanya, tak ada percakapan tak ada apa tapi hatiku banyak bicara. Ah, mungkin ini hanya karena aku menyukai senyumnya, atau sebab kejadian aku menginjak kakinya membuatku malu dan jantungku berdebar.
Cuaca siang ini tidak begitu panas, aku duduk di kursi di bawah pohon beringin sambil membaca buku yang baru saja aku beli kemarin. "Mba boleh saya duduk di sini?" Suara itu membuatku tertegun. Tentang apa semua ini, mengapa aku mendengar suara itu lagi. Suara lelaki di toko buku kemarin, kini sedang menyapaku. Ia pun merasa tak asing dengan wajahku. Sejak saat itu pun kita berkenalan dan memulai perbincangan. Jika ada satu kalimat yang mewakili perasaanku saat ini yaitu, JANCUK gusti sedang guyon dengan perasaanku hehe.
Komentar
Posting Komentar