Karto
Oleh: Zahra Arifia Shaumi Waktu itu kau telah berjanji tak akan tinggalkan kami. Air mataku bahkan tak jadi jatuh sebab kau usap dengan ujung bajumu. Kau mengusap perutku yang waktu itu tengah mengandung anak kita, Karto. “Aku mau cari uang dulu ya. Kamu tak usah khawatir, aku pasti pulang.” Seperti itu ucapmu dua tahun lalu di teras rumah sebelum punggungmu benar-benar tak tampak. Kau berbohong padaku, Karto. Apa kau tak rindu dengan anak ini yang kita buat dengan cinta? Dia sudah mulai cerewet dan ingin tau banyak hal. Sebentar lagi mungkin dia akan bertanya dimana ayahnya, seperti yang teman-teman sebayanya punya. Lalu aku harus menjawab apa, Karto? Bagaimana bisa aku menjawab ayahnya mati, jika tak ada bukti nisan? Bagimana bisa aku menjawab ayahnya pergi dan tak kunjung kembali pada anak yang tak seharusnya ditinggal pergi? Aku tak tega, Karto. Tapi bagaimana bisa disini aku merasa bersalah sendirian, sedangkan dirimu? Apa kau masih ingat aku? Atau bahkan kau sudah memiliki pere...