Standar Kecantikan yang Membelenggu

Oleh. Zahra Arifia Shaumi

Perempuan di Indonesia terbelenggu dalam standar kecantikan yang dibuat oleh masyarakat. Bahwa cantik itu berarti ia yang memiliki postur tubuh ramping, berkulit putih, bibir yang tipis dan merona, serta kecantikan-kecantikan yang hanya digambarkan melalui fisik. Alhasil perempuan rela merogoh kantong yang jumlahnya tidak sedikit hanya untuk memenuhi standar kecantikan yang fana itu. Persaingan ini secara perlahan membuat perempuan merasa terlena dan hanya memikirkan fisiknya saja, tidak memikirkan kualitas intelektualnya juga moralnya. Padahal jika diartikan secara luas, cantik bukan hanya sebuah objek yang hanya bisa dinikmati oleh mata, melainkan cantik juga bisa menjadi sebuah subjek dimana perempuan-perempuan mengasah potensi yang ada dalam dirinya. Untuk itu perlu perempuan-perempuan yang progresif yang memahami bahwa ada kejanggalan dalam standar kecantikan yang ditetapkan oleh masyarakat. Diperlukan pula perempuan-perempuan yang secara intelektual telah terdidik agar lebih banyak perempuan yang menyadari bahwa kecantikan itu bukan hanya sebatas fisik, perempuan yang berdikari secara finansial, perempuan yang percaya diri dengan potensi yang ia miliki, serta perempuan yang berkarya dengan pikiran dan tangannya sendiri.

Maka dari itu pada dasarnya semua perempuan itu cantik dengan versinya masing-masing. Standar kecantikan hanyalah omong kosong yang dibuat untuk memenuhi hasrat orang-orang yang bahkan mungkin tak sedikitpun berkontribusi di hidup kita. Terus gali potensi diri dan percaya dengan apa yang kita miliki, hanya dengan itu kita dapat melawan standar kecantikan yang konyol itu.


Opini ini ditulis guna memenuhi syarat SKPP yang kemudian saya simpan disini agar meninggalkan jejak yang InsyaAllah abadi. 

Komentar